100 Guru Besar Angkat Bicara Soal Stunting

Bengkulu, IPKB – Sebanyak 100 orang Guru Besar Bidang Ilmu Kesehatan di sejumlah provinsi di tanah air, hari ini pada pekan pertama Juli 2021 angkat bicara soal stunting melalui konferensi video yang berlangsung secara nasional, hal itu upaya menciptakan Indonesia bebas stunting atau tubuh kerdil bagi anak.
Koordinator Bidang Pelatihan dan Pengembangan ( Balatbang ) Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Provinsi Bengkulu Drs. Arysad., M.Si dalam laporannya menyampaikan bahwa, pembahasan stunting bersama para guru besar di sejumlah daerah itu bertujuan untuk mendapatkan pandangan, memetahkan dan mencari formula khusus dalam penanganan stunting secara konfrehensif dalam berbagai disiplin ilmu.
Konferensi video yang berlangsung apda 5 Juli itu, Bengkulu libatkan Guru Besar dari Universitas Negeri Bengkulu ( Unib ) Prof Dr Endang Widi Winarni., M. Pd yang akan menyajikan materi ” Peningkatan Kapasitas Elemen Masyarakat Dalam Program Penurunan Angka Stunting Di Provinsi Bengkulu “.
Dikatakan Arsyad, virtual pembahasan stunting itu berlangsung atas kerjasama BKKBN dengan Forum Profesor Indonesia. Hal itu guna mendapatkan pandangan khusus dalam rangka percepatan penurunan prevalensi stunting, ujar Arsyad kepada wartawan di Bengkulu, Senin, 5/7.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu Ir. Rusman Efendi., MM dalam sambutan pembukaan konferensi video pembahasan stunting mengatakan, dalam upaya penurunan prevalensi stunting di Bengkulu telah dilaksanakan edukasi 1000 hari pertama kehidupan ( HPK ) kepada masyarakat khususnya di wilayah lokasi fokus ( lokus ) stunting. Kabupaten Kaur, Bengkulu Selatan, Kabupaten Seluma, dan Kabupaten Bengkulu Utara.
Mengingat risiko stunting dapat terjadi mulai dari remaja, maka BKKBN melalui peran intervensi sensitifnya juga mensosialisasikan kesehatan reproduksi bagi remaja dan calon pengantin yang bekerjasama lembaga tehnis, sehingga pada 2024 angka stunting dapat diturunkan menjadi 14 persen dari 27, 06 persen, sebut Rusman.
Konferensi video tersebut diikuti Kepala BKKBN Dr ( H ) Hasto Wardoyo, Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan ( Lalitbang ) BKKBN Prof, drh. M. Rizal Martua Damanik., M.Repsc., Ph.D, dan Ketua Asosiasi Prof Indonesia ( API ) Prof Dr Ari Purbayanto., Ph.D.
Kepala BKKBN Dr ( H ) Hasto Wardoyo mengawali sambutannya menyebutkan bahwa, kondisi kependudukan Indonesia membutuhkan sumber daya manusia ( SDM ) yang unggul, karena proforsi penduduk kelompok pemuda saat ini cukup besar. Hal ini menjadikan beban bagi bangsa Indonesia untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pembahasan stunting bersama para guru besar di tanah air merupakan strategi untuk memetahkan risiko stunting.
Dengan terus meningkatnya kualitas SDM maka Indonesia dapat menikmati bonus demografi atas besarnya kelompok usia produktif di bandingkan non produktif, menurut perhitungan sensus penduduk, di era bonus demografi setiap 100 penduduk yang produktif cukup untuk menanggung 41 orang yang tidak bekerja,kata Hasto.
Bonus demografi adalah di mana penduduk usia produktif di suatu negara lebih banyak ketimbang penduduk usia tidak produktif seperti anak-anak dan lansia. Ia memprediksi puncak bonus demografi akan terjadi pada 2024 dan berakhir pada 2035.
Bonus demografi merupakan suatu keadaan di mana penduduk yang masuk ke dalam usia produktif jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Usia produktif yang dimaksud adalah berkisar antara 15 hingga 64 tahun. ( rs )