BKKBN : KB Gagal Berpotensi Tingkatkan Risiko Stunting

Deputi Bidang ADPIN BKKBN Sukaryo Teguh Santoso (tengah).

Bengkulu, IPKB – Deputi Bidang Advokasi dan Penggerakan Informasi (ADPIN) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd menyebutkan kegagalan program keluarga berencana (KB) akan berpotensi meningkatkan risiko stunting.

Pasalnya, KB merupakan program pembangunan kependudukan dengan meningkatkan ketahanan keluarga melalui pengaturan jarak kehamilan dan kelahiran bayi, kata Teguh saat bincang pada pertemuan Sharing Knowledge Bersama Deputi ADPIN BKKBN RI yang bertemakan “Bersama Kita Percepat Penurunan Stunting di Provinsi Bengkulu”, Rabu,25/5.

“Menekan potensi risiko stunting diantaranya melalui menghindari risiko Empat Terlalu (4T), terlalu muda usia saat melahirkan, terlalu banyak anak dilahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan dan terlalu tua usia saat melahirkan”.

Bincang singkat yang berlangsung di ruang belajar balai pelatihan dan pengembangan (Balatbang) BKKBN Provinsi Bengkulu Rabu sore itu hadir Anggota Satgas Stunting Provinsi Bengkulu, serta perwakilan Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) kabupaten/kota se-Provinsi Bengkulu serta seluruh perwakilan penyuluh KB se-Provinsi Bengkulu.

Sharring Knowledge Bersama Deputi ADPIN BKKBN di runag belajar Balatbang BKKBN Bengkulu, Rabu,25/5.

Menurut dia salah satu strategi dalam menurunkan prevalensi stunting hingga 2024 mencapai angka terendah 14 persen. Maka tidak perlu meninggalkan program pembangunan keluarga. Sebab, pembangunan keluarga yang dituangkan dalam UU Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menjadi dasar BKKBN ditunjuk sebagai ketua pelaksana penyelenggaran program penurunan stunting oleh Presiden RI (Joko Widodo).

“Pembangunan keluarga adalah kunci utama dalam menuju bangsa yang berkualitas dan pembangunan keluarga merupakan langkah awal pembangunan sumber daya manusia berkualitas,” kata Teguh.

Masih Teguh, “untuk menuju bangsa yang kuat dengan menurunkan stunting bukan hal yang sulit jika KB tetap dihati masyarakat. Dulu KB digerakkan oleh pemerintah dengan dukungan berbagai bidang, baik SDM, anggaran hingga dukungan kebijakan berbagai lini.

Saat ini KB telah berubah selain pemerintah, KB juga telah digerakkan oleh masyarakat, yaitu kader KB desa bersama PLKB. Hal itu bukti bahwa KB masih dicintai masyarakat. “Berarti program penurunan potensi stunting akan dengan muda berjalan dan terlaksana, ujar Teguh.

Pelaksanaan tunting yang merupakan program prioritas nasional (Por-PN) ini bagian dari program pembangunan kependudukan melalui ketahanan keluarga, pungkas Teguh. (rs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *