Dedi Wahyudi : Stunting Tantangan Indonesia Emas 2045

Wakil Walikota poto bersama kepala pwk BKKBN usai menyaksikan penanda tanganan komitmen pendampingan konseling.

Bengkulu, IPKB – Wakil Walikota Bengkulu Dr. Dedi Wahyudi menyebutkan bahwa pelaksanaan program pembangunan kependudukan dengan penanganan stunting merupakan isu yang amat strategis menyongsong Indonesia Emas 2045.

“Guna terwujudnya Indonesia Emas 2045, maka penurunan stunting yang merupakan progam prioritas nasional (Pr

o-PN) harus mendapat dukungan prioritas dari daerah, karena stunting menjadi tantang menyongsong Indonesia Emas 2045 mendatang,” kata Dedi Wahyudi saat penanda tanganan komitmen pendampingan konseling pra nikah di Kota Bengkulu pada pekan ke-dua Mei-2022 baru ini.

Penanda tanganan komitmen yang berlangsung di kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Bengkulu pekan ke-tiga Mei-2022. Hadir seluruh camat, KUA, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Bengkulu.

Stunting adalah dimana kondisi gagal tumbuh kembang akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia. Stunting atau kekerdilan mempunyai bahaya jangka panjang bagi masa depan sang anak.

Pasalnya, sejumlah dampak dari stunting di antaranya dapat memperlambat perkembangan otak, membuat keterbelakangan mental hingga rendahnya kemampuan belajar. Dengan demikian dinilai sebagai tantangan Indonesia Emas 2045 sebagai usia 100 tahun Indonesia.

Sementara meraih Indonesia Emas diperlukan kondisi kelompok usia produktif yang berkualitas, dengan demikian persoalan stunting harus diatasi secara serius oleh semua komponen, kata Wakil Walikota Bengkulu.

Wakil Walikota Dedi Wahyudi saksikan penanda tanganan komitmen pendampingan pranikah.

Ia mengajak segenap jajaran pemerintah dan masyarakat di daerah itu untuk berkolaborasi dalam menurunkan prevalensi stunting di Kota Bengkulu. Penurunan stunting diawali dengan pencegahan potensi risiko stunting. Dengan mengintervensi asupan gizi mulai dari remaja, ibu hamil, pasca melahirkan hingga pada kelompok bayi dua tahun.

Selain itu, perlunya aksi bersama dalam pencegahan potensi stunting, intervensi kebersihan lingkungan (sanitasi). Stunting sangat terkait dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat, seperti tidak tersedianya akses air bersih, sarana sanitasi layak, dan pengelolaan sampah. Dengan demikian, penyediaan air bersih dan sanitasi memiliki peran penting dalam penurunan stunting karena berhubungan erat dengan upaya pencegahan infeksi penyakit.

Merujuk dari itu Wakil Walikota Dedi Wahyudi mengimbau sejumlah instansi terkait untuk bersinergi mengatasi persoalan stunting yang menjadi problem kependudukan. ” Kita harus memetahkan “siapa dan mengerjakan apa” sehingga persoalan yang berhubungan dengan kualitas kependudukan benar-benar memberikan hasil positf, kata Dedi.

Dengan aksis bersama penanganan stunting, maka diyakini Kota Bengkulu pada 2024 dapat menorehkan prestasi “Zero Stunting”. “Strategi mencapai zero stunting itu perlu adanya peta kerja dan untuk mendeteksi dari sektor hulu,” ujar Dedi.

Wawali minta KUA untuk proaktif cegah stunting dengan selektif batas usia nikah ideal dalam pencegahan nikah usia anak. Dan Dinkes harus tingkatkan pelayanan kelahiran di fasilitas kesehatan serta penyaluran pil tambah darah, pinta Wawali. (rs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *