Direnduk Sambangi Desa Status Stunting Di Seluma

Bengkulu, IPKB – Direktur Perencanaan dan Pengendalian Penduduk (Direnduk) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Dr. Munawar Asikin dalam kunjungan kerjanya di Provinsi Bengkulu ahir Desember 2020 lalu sambangi desa dengan status stunting di Kabupaten Seluma.
Salah satu desa yang menyandang status stunting yakni Desa Tanjung Kuaw, Kecamatan Lubuk Sandi, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. Kunjungan tersebut usai sosialisasi AKIE bersama mitra di wilayah kampung KB, dengan tujuan untuk mengetahui lebih dekat kondisi desa dan masyarakat yang menyandang predikat stunting. Dengan itu mendapati gambara penyebab stunting di tengah masyarakat, kata Munawar.
” Dengan mengetahui kondiosi riil, kita dapat memberikan peta jalan bagi stake holder untuk mengatasi persoalan kesehatan khsusnya stunting, ujar Munawar Asikin.

Stunting adalah suatu kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek jika dibandingkan dengan anak normal seusianya. Kekurangan gizi kronis ini terjadi sejak bayi dalam kandungan dan masa awal setelah anak lahir, stunting baru nampak setelah anak usia dua tahun.
Masalah gizi pada masa janin dan usia dini sebagai dampak jangka pendeknya adalah terganggunya perkembangan otak, pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh, Dampak selanjutnya adalah terganggunya kemampuan kognitif dan pendidikannya serta tubuh menjadi cebol. Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktifitas sehingga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan.
Terjadinya tubuh pendek akibat kekurangan gizi tersebut merupakan sebuah siklus yang akan berlangsung terus menerus jika tidak segera diatasi bila itu berawal dari anak perempuan yang stunting, maka saat dewasa dia akan tumbuh menjadi remaja putri yang kurang gizi. Selanjutnya jika dia berkeluarga dan kemudian hamil akan menjadi ibu hamil dengan kekurangan energi yang kronis/kurang gizi dan kemudian akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir yang rendah, demikian siklus ini akan terus berulang, sehingga perlu untuk segera diatasi.
Kunjungan tersebut didampingi Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Ir. Rusman Efendi, MM, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kabupaten Seluma Suwardi, SH yang didampingi PKB Kecamatan Lubuk Sandi Kossumiyati, S.Sos.I, yang diterima Kepala Desa Tanjung Kuaw, Heri Yulianto.
Ada beberapa faktor penyebab stunting, praktek pengasuhan yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktek pemberian makan pada bayi dan anak. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care, Post Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas. Kurangnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, dan dapat juga disebabkan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
Munawar mengatakan, peran BKKBN dalam mengatasi stunting dengan mensosialisasikan kesehatan reproduksi bagi remaja serta pengasuhan mulai dari janin hingga usai dua tahun. Masyarakat lebih penting mengenal pola pengasuhan 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu Ir. Rusman Efendi, MM secara terpisah menyampaikan BKKBN dalam penanganan stunting melalui pelaksanaan program pengendalian penduduk dengan menggiatkan kelompok bina keluarga balita (BKB), program Generasi Berencana (GenRe) serta mewujudkan program pendewasaan usia perkawinan (PUP). Usia ideal untuk perkawinan itu 21 tahun untuk wanita dan 25 tahun bari remaja pria.
Di Bengkulu, kata Rusman, desa yang menjadi lokasi fokus (lokus) garapan stunting terdapat sebanyak 50 desa yang terdapat di empat kabupaten, Kaur, Bengkulu Utara, Seluma dan Bengkulu Selatan. Desa lokus stunting itu terdapat di empat kabupaten, Kabupaten Seluma, kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Kaur. Dengan jumlah desa lokus stunting sebanyak 50 desa yang terdapat di Kabupaten Seluma sebanyak 20 desa dan Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara dan Kabupaten Kaur masing-masing sebanyak 10 desa, kata Rusman.
Kepala Desa Tanjung Kuaw Heri Yulianto menyebutkan, dengan berstatus stunting desa yang dipimpinnya itu dapat memberikan pembelajaran bagi segenap masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan, serta meningkatkan pengetahuan tentang pola asuh yang baik.
Menurut dia, stunting di desanya itu dapat disebabkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan kurangnya akses dan kesadaran ibu hamil untuk pemenuhan gizi bagi jani dan bayi. ” Kita (pemerintah desa) akan meningkatkan koordinasi baik pemerintah kabupaten hingga provinsi untuk dapat bergandeng kebijakan dan anggaran dalam menekan kasus stunting di desa “. (rs)