DPR RI Kampanye Stunting di Kampung KB Terpencil

Elva Hartati (no 2 kanan) saat kampanye stunting di Lebong, Rabu, 27/7.

Bengkulu, IPKB – Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) melalui Komisi IX DPR kampanyekan stunting di wilayah kampung keluarga berkualitas (kampung-KB). Salah satu kampung KB kategori desa terpencil di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu.

Akhir Juli tahun ini, tepatnya Rabu, 27 -Juli -2022 Anggota Komisi IX DPR RI hadir di Bumi Swarang Patang Stumang di Desa Bioa Putiak, Kecamatan Pinang Belapis Kabupaten Lebong, Bengkulu. Kerjasama kemitraan DPR RI dengan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggandeng pemerintah daerah setempat dalam rangka kampanyekan penurunan stunting di daerah itu.

Anggota Komisi IX DPR RI H. Elva Hartati, S.IP., M.M mengatakan bahwa saat ini masalah stunting menjadi perhatian utama kita. Stunting dimana kondisi gizi buruk yang diderita oleh bayi, hingga balita dengan gambaran umum berat badan bayi tidak ideal dan tinggi badan dibawah rata – rata normal.

Memperhatikan hal tersebut, perlu diatasi dengan memperhatikan gizi anak, 1000 hari pertama kehidupan (HPK) anak sejak di masa kandungan hingga lahir, ujar Elva Hartati saat menyampaikan sambutnnya pada kampanye percepatan penurunan stunting di Desa Bioa Putiak, Rabu, 27/7.

Dikatakan Elva, target penurunan stunting pada 2014 yaitu sebesar 14 persen, dan untuk Provinsi Bengkulu adalah 12,55 persen. Tentulah ini memerlukan perhatian bersama lintas sektor, terutama dari pemerintah daerah untuk menyukseskan percepatan penurunan stunting yang terjadi di daerah ini, kata Elva Hartati.

Penanganan stunting, sebut Elva, merupakan komitmen bersama dan tugas semua pihak untuk mencapai target yang ditetapkan menuju keluarga berkualitas dan mandiri. “Kita semua bertanggung jawab terhadap pemenuhan gizi bagi calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, serta seluruh anggota keluarga. Pejabat daerah berkontribusi dalam penanganan stunting baik dilevel kabupaten/kota, kecamatan, desa/ kelurahan. Bahkan hingga ke wilayah terkecil yakni RT/RW.

Terhadap kasus yang terjadi di lingkungan hendaknya jangan ada sikap masa bodoh dan pengucilan terhadap keluarga tersebut. Ia mengajak agar mendampingi keluarga yang mengalami stunting. ” Bagi yang sudah ada kasus stunting, mari kita dampingi bersama, jangan dikucilkan, namun membutuhkan penanganan bersama–sama. Beri dukungan moril dan materiil. Sama–sama kita dampingi keluarga tersebut, ajak Elva.

Hadir pada kampanye stunting di desa tersebut, Bupati Lebong yang diwakili staf Ahli Bidang Pembangunan Ekonomi, Keuangan Fahrurrozi, S.Sos Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB Lebong Jafri Juna, S.Sos.Dan beberapa pejabat di lingkungan Pemda Kabupaten Lebong.

Disasarnya salah satu kampung KB di Kecamatan Pinang Belapis itu mengingat selain kampung KB di daerah terpencil. Juga tidak kalah penting di desa itu terdapat penduduk dengan kategori berisiko stunting sebanyak 933 keluarga, yang jauh dari akses mendapatkan edukasi program nasional lainnya.

Dikatanya Elva, beberapa langkah dan strategi yang dapat diambil dalam mencegah potensi stunting. Diantaranya perlu meningkatkan media usia kawin pertama bagi remaja puteri dan putera, dengan usia idealnya 21 tahun dan 25 tahun. Untuk itu kewajiban kita bersama untuk mengkampanyekan pendewasaan usia kawan pertama, demikian Elva.(rs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *