Empat Kabupaten di Bengkulu Ditetapkan Lokus Stunting

Bengkulu, IPKB – Dalam rangka percepatan penurunan stunting di tanah air. Pada 2021 pemerintah telah perluas penetapan daerah kabupaten sebagai wilayah lokasi fokus ( lokus ) intervensi penurunan stunting secara terintegrasi.

Ir. Rusman Efendi, MM

Intervensi penurunan stunting itu dilakukan secara terintegrasi bersama sektor terkait baik intervensi sensitif maupun spesifik. Intervensi spesifik dan sensitif lokasi fokus penurunan stunting terintegrasi itu sesuai dengan target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 sehingga dapat mengejar target turunnya stunting 14 persen.

Penetapan daerah lokus stunting itu berdasarkan salinan keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor Kep. 42/M.PPN/HK/04/2020, Tentang Penetapan Perluasan Kabupaten/Kota Lokasi Fokus Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Tahun 2021, kata Kepala Perwakilan Badan Kependududkan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Provinsi Bengkulu Ir. Rusman Efendi., MM kepada wartawan di ruang kerjanya belum lama ini.

” Berdasarkan Riset Kesehatan dasar ( Riskesdas ) 2018, balita stunting di Bengkulu sebesar 27,98 persen dengan kategotri tubuh pendek dan sangat pendek “.

Rusman menyebutkan, menyikapi hal tersebut, tahun ini pemerintahan kabupaten telah tetapkan desa-desa sebagai lokus stunting sebanyak 93 desa yang tersebar di empat kabupaten. Terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara sebanyak 35 desa, Kabupaten Seluma 30 desa, Kabupaten Bengkulu Selatan terdapat delapan desa dan Kabupaten Kaur 20 desa.

Di tahun 2019 angka prevalensi stunting nasional turun menjadi 27,67 persen. Meski terlihat ada penurunan angka prevelensi, tetapi stunting dinilai masih menjadi permasalahan serius di Indonesia karena masih di atas 20 persen sesuai dengan target oleh organisasi kesehatan dunia atau dikenal dengan world health organization ( WHO ). Dan pemerintah Indonesia targetkan pada 2024 stunting berada pada 14 persen.

BKKBN selalu leading sector penanganan penurunan stunting akan bersinergi bersama lintas terkait dalam kebijakan dan anggaran sehingga dapat menurunkan kasus tersebut. Sebagai lembaga pemerintah yang concern terhadap masalah kependudukan. BKKBN memiliki kegiatan yang spesifik dan konkrit dalam mengatasi stunting, yakni melalui kelompok kegiatan bina-bina. Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja ( BKR ) dengan intervensi sensitif pendidikan kesehatan reproduksi, dan pola pengasuhan bagi ibu.

Stunting adalah kondisi tinggi badan anak lebih pendek dibanding anak seusianya. Stunting atau tubuh pendek itu menunjukkan kekurangan gizi kronis yang terjadi selama periode paling awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak hanya tubuh pendek, stunting memiliki banyak dampak buruk terhadap anak.

Dampak jangka pendek stunting bisa berupa gangguan pertumbuhan tubuh, gangguan metabolisme, gangguan perkembangan otak, hingga memengaruhi kecerdasan anak. Tidak sampai disitu, ada sebuah studi yang menghubungkan antara anak bertubuh pendek dengan pendapatan yang lebih rendah saat dewasa. (rs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *