Hasto : Kesehatan Ibu Hamil Minimalisir Risiko Stunting

Jakarta, IPKB Bengkulu – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Dr. Hasto Wardoyo menyebutkan untuk meminimalisir potensi stunting diawali dari pemenuhan gizi pada ibu hamil dalam pemenuhan gizi terhadap perkembangan janin. Selain itu juga tidak kalah penting perhatian pada asupan gizi pada bayi dan balita.
Sebab, jika tidak terpenuhinya gizi pada janin, baduta, dan balita membuka potensi terjadinya bayi lahir stunting. Ibu yang tidak sehat dan tidak tercukupi kebutuhan gizinya berisiko melahirkan anak stunting. Anak dengan tingkat kecerdasan sub-optimal dan rentan terhadap penyakit. Dimana suatu kondisi yang dapat menurunkan produktivitas manusia dan memperlebar ketimpangan antara si kaya dan si miskin.
Hal itu disampaikan Kepala BKKBN Dr. Hasto Wardoyo saat menyampaikan laporan pada puncak peringatan hari keluarga nasional ( Harganas ) ke 28 tahun 2021 yang digelar secara konferensi video pada 29 Juni baru-baru ini. Di Provinsi Bengkulu peringatan Harganas tahun ini berlangsung di Balai Semarak yang dihadiri Gubernur Bengkulu Dr. Rohidin Mersyah, Sekretaris Provinsi Drs. Hamka Sabri, M.Si, Kepala Perwakilan BKKBN Bengkulu Ir. Rusman Efendi., MM serta sejumlah pejabat di lingkungan Pemprov Bengkulu.
Tampak hadir secara virtual dalam acara ini Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito, para Gubernur/Bupati/Walikota seluruh Indonesia, serta para Mitra BKKBN dan segenap penggerak Kampung KB di seluruh Indonesia. Sementara, Wapres didampingi oleh Staf Khusus Wapres Bambang Widianto dan Masduki Baidlowi.
Untuk menurunkan prevalensi stunting sebesar 14 persen pada 2024, BKKBN memandang intervensi strategis yang dapat ditempuh adalah memastikan calon pengantin/calon ibu sehat untuk hamil, memastikan segala program pemerintah pusat dan daerah yang sudah dirancang diterima oleh sasaran dan keluarga mampu memenuhi kecukupan gizi.
Dalam laporan tersebut Hasto menyebutkan bahwa, lembaga yang dipimpinnya itu merencanakan inovasi agar semua keluarga berisiko stunting didampingi oleh pendamping keluarga, pendamping yang terdiri dari unsur PKK, kader dan bidan. Dengan peran intervensi sentitifnya BKKBN juga merencanakan aktivitas yang menggerakkan roda perekonomian di lingkup desa sehingga kebutuhan makanan bergizi dapat terpenuhi dan melakukan edukasi kepada keluarga untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. ( rs )