Indonesia Prevalensi Stunting Ke-Lima Terbesar Dunia
Bengkulu, IPKB – Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu Ir. Rusman Efendi, MM pada advokasi koordinasi daerah penggarapan wilayah stunting menyebutkan, bahwa saat ini permasalahan di kependudukan di tanah air adalah tentang gizi ganda. Yaitu kekurangan gizi seperti kurus dan stunting pada balita. Dan masalah anemia pada remaja, ibu hamil serta masalah obesitas baik pada balita maupun orang dewasa. Terhadap permasalahan tersebut, Rusman menyebutkan bahwa Indonesia termasuk negara dengan prevalensi ke-lima terbesar di dunia.

Wilayah lokasi fokus (lokus) stunting di Provinsi Bengkulu sejak beberapa tahun ini terdapat empat kabupaten, yaitu Kabupaten Kaur, Bengkulu Selatan, Seluma dan Kabupaten Bengkulu Utara. Dengan jumlah desa mencapai enam puluh desa lebih. Melalui advokasi dan koordionasi itu guna meningkatkan pengetahuan orang tua tentang pola asuh. Sehingga meningkatkan esehatan serta menurunnya kasus stunting di daerah itu.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis sehingga tinggi badan tidak sesuai dengan umur, kata Rusman di Bengkulu pada pekan ke-dua November baru ini.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), yang terkair dengan gizi balita dimana prevalensi balita stunting turun dari 37,2 persen (2013) menjadi 30,8 persen pada 2018. Meskipun demikian, kata dia, tantang percepatan menurunkan stunting masih cukup besar.
Dikatakan Rusman, salah satu upaya percepatan penurunan stunting itu melalui pengasuhan yang baik sejak 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Hal itu telah dipertegas pemerintah melalui Peraturan Presiden RI Npmor 42 tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang salah satunya diprioritaskan pada1000 HPK.
Dalam rencana kerja pemerintah 2020 ditegaskan bahwa pelayanan kesehatan percepatan perbaikan gizi masyarakat menjadi kegiatan prioritas untuk mendukung prioritas pemerintah dalam meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.
Atas hal tersebut, BKKBN mendukung melalui kegiatan pemberdayaan keluarga melalui kelompok kegiatan (Poktan) Bina Keluarga Balita (BKB), promosi dan komunikasi informasi dan edukasi mengenai pengasuhan 1000 HPK sejak hamil hingga anak berusia dua tahun. Untuk mendukung intervensi tersebut BKKBN dengan target kegiatan adalah keluarga yang memiliki baduta untuk mendapatkan promosi KIE 1000 HPK, ujarnya.
Dikatakan Rusman bahwa program tersebut telah dilaksanakan sejak 2017. Dan pada 2018 lalu Provinsi Bengkulu sosialisasikan di Kabupaten Kaur dengan 3.088 sasaran yang memprioritaskan 10 desa yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mendapatkan KIE 1000 HPK. Dan setelah Kaur, pada 2019 penggarapan stunting di daerah itu bertambah menjadi dua daerah, yaitu Kabupaten Bengkulu Utara dengan 8.572 sasaran di Kabupaten Bengkulu Utara. Selain itu, di Kabupaten Seluma pada tahun ini penggarapan stunting dengan memprioritaskan 20 desa.
Ia menyadari dalam mempercepat penanganan stunting di daerah itu memerlukan kerjasama lintas sektor. Maka dari itu pihaknya menggelar pertemuan advokasi dan koordinasi bersama mitra dalam penanganan stunting di daerah itu. Melalui hal itu diharap dapat mengatasi permasalahan kependudukan khususnya stunting, harap Rusman.
Ia menambahkan, pelaksanaan program tersebut atas amanat UU Nopmor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Dimana pembinaan ketahanan dan kesejahteraa keluarga yang dilaksanakan dengan cara peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produktif dan berguna bagi keluarga, masyarakat, pungkas Rusman. (rs)