Gubernur : Jadikan Keluarga Sebagai Lembaga Pendidikan Paling Awal

 

Bengkulu, IPKB – Ada yang menarik pada peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tahun ini. Dimana terdapat sebuah pesan moral berharga dalam keluarga Indonesia dan patut diimplementasikan dalam kehidupan khususnya masyarakat Provinsi Bengkulu.

Gubernur Bengkulu Dr. Rohidin Mersyah dalam sambutannya pada Harganas ke 27 tahun 2020 yang puncaknya berlangsung akhir Juni lalu menyampaikan agar masyarakat dapat menjadikan keluarga sebagai lembaga pendidikan yang utama. Guna terciptanya keluarga yang sehat, cerdas sehingga tumbuh keluarga berkualitas.

” Keluarga agar dijadikan sebagai lembaga pendidikan awal dan utama, dan gurunya adalah orangtua “. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal anak sejak lahir. Dari rumahlah anak tumbuh kembang, mulai diperkenalkan dan mengenal sesuatu.

Gubernur Bengkulu Dr. Rohidin Mersyah, saat peringatan Harganas ke 27/2020

Orangtua memiliki andil yang cukup signifikan dalam proses tumbuh kembang anak. Demikian juga dengan pendidikan. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan perdana bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Orangtua tentu berkewajiban untuk memberikan pendidikan dasar kepada anak-anak. Seperti bagaimana cara bersikap, bertutur, sopan santun, pendidikan agama, dan lainnya. Dalam hal ini, orangtua merupakan guru yang memberikan pendidikan dasar dan pertama dan utama dalam keluarga yaitu anak-anaknya.

Untuk lahir dan tumbuhnya anak yang baik, maka orangtua tak boleh tinggal diam. Orangtua harus berusaha memberikan yang terbaik buat anak-anaknya, memberikan stimulus, sering memberikan motivasi, mendampingi ketika anaknya sedang belajar, dan seterusnya. Yang pada intinya, orangtua harus bisa menjadi teladan. Semua itu untuk menjadikan anak lebih baik dari orangtua, katanya.

Dalam keluarga, kata Rohidin, seorang ibu hadir sebagai Madrasatul Ula, yaitu orang pertama menemani hidup seorang anak, memberikan pengajaran dan pembangun pondasi diri anak. Meski demikian, sebagai keluarga seyogyanya titik tumpu tidak hanya dibebankan pada kaum perempuan sebagai ibu, tetapi juga harus diimbangi dengan peran laki-laki selaku ayah dan kepala keluarga, begitupun dengan penerapan KB.

Melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan UU No.52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dimana terdapat program ketahanan keluarga.

Program KB saat ini masih tampak jelas tejadinya kesenjangan gender, dimana peserta KB lebih dominan oleh kaum perempuan atau ibu-ibu, hal itu menjadi perhatian bersama agar tumbuhnya minat kaum pria untuk ber-KB, kata Rohidin. Menurut dia, untuk meningkatkan kesertaan KB pria perlu adanya penelitian untuk mendapatkan jenis kontrasepsi pria. Dengan demikian akan tumbunya empati bagi kaum pria.(rs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *