KB Dapat Mencegah Kematian Ibu dan Bayi
Bengkulu, IPKB – Program Keluarga Berencana ( KB ) kerap disalahartikan sebagai program menolak kehadiran anak dalam keluarga. Padahal, faktanya tidaklah demikian, apalagi dikatakan sebagai upaya membunuh janin. Tujuan dan manfaat program keluarga berencana justru sangat baik demi mewujudkan keluarga sehat, bahagia, dan sejahtera.
Manfaat dari aspek kesehatan itu, tidak hanya bagi bagi ibu hamil akan tetapi juga bermanfaat bagi bayi dan anak. Sebab, dengan KB atau pengaturan jarak kehamilan dapat mencegah kematian ibu dan bayi.
Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Provinsi Bengkulu Ir. Rusman Efendi., MM melalui Koordinator Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi ( KB-KR ) Edi Sofyan, SE., MM kepada wartawan di Bengkulu belum lama ini.
Tujuan dikembangkannya program KB di tanah air, kata Edi, untuk membentuk keluarga kecil sejahtera melalui pengaturan jarak kehamilan. Untuk itu tentunya BKKBN terus mengkampanyekan risiko 4 T ( terlalu ) kepada masyarakat, yakni termuda usia saat melahirkan, terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua usia saat melahirkan.
Terhadap risiko terlalu muda usai saat melahirkan, BKKBN dengan program ketahanan keluarga juga terus mensosialisasikan cegah nikah usia muda, ” Kita mengkampanyekan 2125, yaitu usia ideal saat menikah bagi wanita 21 tahun, dan pria pada usia 25 tahun “.
” Tak sedikit manfaat dari program KB dalam pengaturan jarak kehamilan, selain meningkatkan kesehatan ibu dan anak juga dapat mencegah kematian ibu dan bayi lahir, sehingga KB menghasilkan keluarga kecil dan berkualitas,” ujar Edi.
Ia menegaskan bahwa, untuk menghidari kehamilan yang tidak diinginkan, pasangan usia subur harus menggunakan kontrasepsi, baik kontrasepsi metode jangka panjang maupun jangka pendek. Guna percepat keberhasilan program KB, tahun ini telah ditargetkan peserta KB baru sebanyak 52.251 akseptor, dengan sasaran dan capaian sebanyak itu dapat meningkatkan prevalensi pemakaian kontrasepsi modern menjadi 62, 16 persen, demikian Edi Sofyan. ( rs )