Kelahiran Kelompok Usia Remaja di Bengkulu Meningkat 50,9 KH

Bengkulu, IPKB – Kelahiran kelompok wanita umur tertentu atau Age Specific Fertility Rate ( ASFR ) 15 hingga 19 tahun, di Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan yang mencapai 50,9 /1000 kelahiran hidup (KH). Angka Fertilitas menurut umur ASFR adalah banyaknya kelahiran selama setahun per 1000 wanita pada kelompok umur tertentu.
BKKBN pada 2020 merilis angka kelahiran wanita kelompok umur 15 hingga 19 tahun sebesar 50,9 /1000 kh. Angka tersebut meningkat dari sebelumnya yang hanya 49/1000 kh ( survei demografi dan kesehatan Indonesia ( SDKI ) 2017. Hal tersebut mengindikasikan pembangunan kependudukan pada remaja masih perlu ditingkatkan dengan menyuguhkan pengetahuan kesehatan reproduksi dan risikonya.
Menyoal kondisi tersebut, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu Ir. Rusman Efendi.,MM saat ditemui wartawan di ruang kerjanya belum lama ini mengatakan, penyumbang ASFR adalah hamil di luar nikah, dan menikah di usia muda (pernikahan di usia dini). Dan ASFR pada kelompok umur 15 – 19 tahun itu berisiko pada penurunan kadar kualitas diri dalam kesehatan, ekonomi, dan sosial- pendidikan.
Ia mengatakan, BKKBN sebagai lembaga mengemban amanat undang-undang bertanggung jawab dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia ( SDM ) dengan melaksanakan program pembangunan keluarga yang diatur dalam UU No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Untuk menempatkan penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan, dan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan. Karena jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk.
Menurut dia, remaja perlu mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Pasalnya, pengetahuan kespro bagi remaja salah satu strategi upaya menekan peristiwa nika usia anak dan kelahiran pada wanita kelompok umur muda. Menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting, terutama pada remaja. Sebab, masa remaja adalah waktu terbaik untuk membangun kebiasaan baik menjaga kebersihan, yang bisa menjadi aset dalam jangka panjang, ujarnya.
Reproduksi bisa diartikan sebagai proses kehidupan manusia dalam menghasilkan kembali keturunan. Karena definisi yang terlalu umum tersebut, seringnya reproduksi hanya dianggap sebatas masalah seksual atau hubungan intim. Alhasih, banyak orang tua yang merasa tidak nyaman untuk membicarakan masalah tersebut pada remaja. Padahal, kesehatan reproduksi, terutama pada remaja merupakan kondisi sehat yang meliputi sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Remaja adalah orang yang berusia 12 hingga 24 tahun ( Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dimana, masa remaja merupakan peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Dengan arti bahwa terjadi proses pengenalan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sebenarnya sudah dimulai pada masa ini.
Kurangnya edukasi terhadap hal yang berkaitan dengan reproduksi bisa memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan seperti penyakit seksual menular, kehamilan di usia muda, hingga aborsi yang berakibat pada kematian remaja.
Nyatanya peran orangtua merupakan satu hal yang penting dalam edukasi seksual pada remaja. Apalagi saat ini masih belum banyak orang yang peduli terhadap risiko-risiko yang bisa menyerang remaja “salah pergaulan” tersebut. Mulai dari ancaman HIV/AIDS, angka kematian ibu yang meningkat karena melahirkan di usia muda, hingga kematian remaja perempuan karena nekat mengambil tindakan aborsi.
Ia mengulangi, selaku lembaga penanggung jawab pembangunan kependudukan, pihaknya melalui program bina ketahanan remaja terus mengkampanyekan kespro bagi remaja baik di lembaga formal seperti PIK-R/M di sekolah dan kampus dengan TRIAD KRR atau tiga resiko yang dihadapi oleh remaja, yaitu Seksualitas, HIV/ AIDS dan Napza dan kesehatan reproduski. Hal itu semata untuk menjaga remaja dari perilaku buruk yang dapat mengancam gagalnya masa depan generasi mendatang, demikian Rusman. (rs)