Kesenjangan Gender KB Perlu Diatasi
Bengkulu, IPKB – Sejak dikobarkannya program Keluarga Berencana (KB) di tanah air pada era 1970 an, telah berhasil menekan angka kelahiran hingga ratusan juta jiwa. Dimana pada awalnya, angka kelahiran (TFR) mencapai lebih dari 6 anak lahirkan tiap wanita. Patut dibanggakan kelahiran di Bengkulu jauh turun menempati posisi kelahiran 2,3 anak tiap wanita selama masa subur (SDKI 2017).
Sayangnya, keberhasilan program KB itu masih dominan partisipasi perempuan. Sementara keikutsertaan kaum laki-laki masih amat rendah, itu mengindikasikan masih tingginya kesenjangan gender dalam program KB, kata Gubernur Bengkulu Dr. Rohidin Mersyah kepada wartawan usai meninjau pelayanan KB gratis disebuah desa terpencil di Kabupaten Seluma pada pekan ketiga Februari baru ini.

Dikatakannya, persoalan itu (kesenjangan gender) disebabkan oleh beberapa aspek, pertama kurangnya sosialisasi kepada masyarakat dan kedua, minimnya jenis kontrasepsi bagi kaum laki-laki. Metode
kontrasepsi untuk kaum pria itu hanya dua jenis kondom dan MOP, kedua jenis itu tidak menggembirakan bagi laki-laki, ujarnya.
Menurut dia, mengatasi hal demikian itu, BKKBN perlu tingkatkan sosialisasi dengan menggunakan berbagai media dan pembekalan ulang pengetahuan tentang ilmu edukasi dan komunikasi bagi tenaga penyuluh lapangan.
Menyoal terbatasnya pilihan metode kontrasepsi bagi laki-laki, Rohidin mengatakan, bahwa hal itu perlu dilakukan riset oleh pemerintah khususnya BKKBN untuk mendapatkan kontrasepsi baru untuk kaum pria, ujarnya.
” Lembaga riset BKKBN harus mengkaji dan lakukan penelitian untuk menemukan kontrasepsi jenis lain bagi kaum pria,’ kata Rohidin.
Dengan bertambahnya pilihan kontrasepsi bagi pria maka akan menekan kesertaan gender program KB. Sebab, ujar Rohidin KB itu bukan hanya urusan wajib bagi perempuan, akan tetapi KB itu kewajiban bersama dalam rumah tangga (bapak dan ibu).
Secara terpisah, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu Ir. Rusman Efendi, MM menyebutkan angka kesertaan KB di Bengkulu sebesar 70,5 persen (SDKI 2017).
Ia mengakui bahwa pengetahuan masyarakat tentang kontrasepsi steril pria atau dikenal dengan medis operatif pria (MOP) vasektomi tergolong rendah hanya 49,7 persen. Angka tersebut jauh lebih rendah dari jenis lainnya,
pengetahuan tentang kondom 92 persen, MOW 76,5 persen, suntik 99,6 persen, implant 96,5 persen, kontrasepsi pil sebesar 91,7 persen, dan intra uterine device (IUD) mencapai 99,5 persen (SDKI 2017).(rs)