Minat KB Warga Perdesaan Lebih Tinggi Dari Perkotaan

Bengkulu, IPKB – Ternyata kehidupan warga di perdesaan tidak semuanya terbelakang alias tertinggal. Salahsatunya pengetahuan wanita kawin di daerah itu terhadap kesehatan reproduksi cukup tinggi. Hal itu diketahui dari wanita kawin ber-KB di perdesaan lebih tinggi daripada perkotaan.
Berdasarkan hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia ( SDKI ) 2017, angka kesertaan KB dengan alat kontrasepsi modern pada wanita kawin di perdesaan sebesar 69 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari kesertaan di perkotaan yang hanyak mencapai 54 persen.
Koordinator Bidang Advokasi dan Penggerakan Informasi ( ADPIN ) Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Provinsi Bengkulu Drs. Zainin kepada wartawan di ruang kerjanya pada akhir Juli baru ini mengatakan, minat ber-KB pasangan usai subur ( PUS ) di Bengkulu terus meningkat. Namun masih terdapat beberapa kelompok wanita kawin yang masih rendah.

Minat yang tinggi itu dikarenakan masyarakat kian sadar akan manfaat KB dari berbagai aspek, baik aspek ekonomi terlebih lagi aspek kesehatan. Dengan ber-KB dapat meningkan kesehatan reproduksi wanita serta menekan angka kematian ibu maupun bayi, ujar Zainin.
” KB bermanfaat bagi semua kalangan baik intelektual maupun awam, miskin maupun keluarga mampu, kita terus edukasi masyarakat tentang 4 T, yakni risiko terlalu muda usia melahirkan, terlalui tua usia melahirkan, terlalu sering melahirkan, serta risiko terlalu banyak anak dilahirkan, ” ujar Zainin.
Dikatakan Zainin, permasalahan yang dihadapi program KB lainnya juga tingkat pendidikan, dimana tingkat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan kesertaan KB rendah. ” Pemakaian alat/cara KB modern di antara wanita kawin tertinggi pada wanita yang tidak tamat SD sebesar 73 persen.
Angka ini terus menurun sejalan dengan meningkatnya pendidikan, terlihat hasil survei yang sama pada tingkat pendidikan sekolah tingkat atas ( SMA ) sebesar 61,2 persen dan perguruan tinggi ( PT ) sebesar 50,2 persen.
Hal tersebut dapat disebabkan beberapa faktor, kurangnya waktu untuk akses pelayanan KB akibat kesibukan baik dari kalangan pendidikan tinggi maupun warga perkotaan. Untuk menjawab tantangan tersebut perlu penguatan edukasi kepada kelompok-kelompok tersebut.
Angka kesertaan KB atau contrateption prevalensi rate ( CPR ) mencapai 70 persen ( SDKI 2017 ), terdapat peserta dengan kontrasepsi modern sebesar 64 persen dan KB tradisional sebesar enam persen, dari capaian tersebut diketahui lebih tinggi di perdesaan yang mencapai 69 persen jauh lebih tinggi daripada wanita kawin di perkotaan.
Menurut Zainin, potret tersebut dapat dijadikan peta arah sasaran kerja ke-depan untuk meningkatkan kesertaaan maupun kualitas KB, melalui edukasi dan sosialiasai yang terarah. Sehingga dapat menekan angka kebutan ber-KB yang tidak terpenuhi ( unmet need ). Dan untuk menjawab tantang tersebut diperluykan pelayanan ( rs )