Pemkab Rejang Lebong Tingkatkan Asupan Gizi Keluarga Berisiko Stunting

Bengkulu, IPKB – Dalam upaya menurunkan prevalensi stunting di Kabupaten Rejang Lebong, Bumi Pat Petulai Provinsi Bengkulu, perlu meningkatkan asupan gizi bagi keluarga berisiko stunting. Keluarga berisiko stunting adalah remaja, ibu hamil, menyusui dan bayi dua tahun (Baduta) keluarga yang mendiami rumah dengan status tidak layak huni (RTLH).
Peningkatan asupan gizi bagi kelompok tersebut pemerintah daerah melalui organisasi perangkat daerah (OPD) setempat gulirkan beberapa inovasi dan kebijakan dalam intervensi stunting.
Pada 2023 mendatang pemerintah Kabupaten Rejang Lebong dengan inovasinya meluncurkan program penanganan stunting baik jangka pendek dan panjang. Diantaranya program penanaman bibit padi biofortifikasi dengan luas lahan mencapai 150 hektare (ha) yang terhampar di empat wilayah kecamatan. di daerah tersebut.
“Kita telah membuat program segera direalisasikan untuk mendorong percepatan penurunan stunting di Kabupaten Rejang Lebong melalui penyediaan makanan pokok berupa beras biofortifikasi. Dan program itu telah mulai direncanakansejak tahun ini. dan dipastikan pada 2023 mendatang akan tersedia beras itu dari hasil petani lokal,” kata Kepala Dinas Pertanian Rejang Lebong Ir. Zulkarnain, M.T kepada wartawan di Curup, awal pekan ke-dua Juli-2022 baru ini.

Hal itu disampaikan Zulkarnain saat menerima audiensi Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KS-PK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nopian Andusti,S.E., M.T di kantor Bupati Rejang Lebong, awal pekan ke-dua Juli-2022.
Sekretaris Daerah Kabupaten Rejang Lebong Yusran Fauzi, S.T bersama sejumlah pejabat teknis penanganan stunting menyambut kunjungan kerja Deputi Bidang KS-PK di Bumi Pat Petulai. Terdapat diantaranya Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Pendiidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas PMD, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Rejang Lebong.
Audiensi dalam rangka penguatan dan pemantauan progres tim percepatan penurunan stunting (TP2S) di daerah itu. Kepala Dinas Kesehatan Rejang Lebong Syafawi, SKM melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Lisa Pitrianti. SST., MKM setempat menyebutkan beberapa inovasi sebagai aksi nyata pemerintah daerah dalam upaya akselerasi penurunan stunting.
Hingga 2023 mendatang pemerintah daerah telah meluncurkan inovasi-inovasi program penurunan stunting, yaitu pendampingan calon pengantin peduli stunting (Dampingi) dimana program ini mendampingi catin dalam menuju perkawinan melalui kerjasama PLKB, pendampingan melalui KUA. Selain itu, kata Lisa, Dinas Kesehatan bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan berkolaborasi membina remaja agar lepas dan bebas dari anemia yang disebut dengan “Sahabat Cerita”.
Pencegahan stunting, lanjut Lisa, pemerintah daerah setempat mengembangkan kegiatan konseling layak kawin calon pengantin yang dipopulerkan dengan nama “Kolang Kaling” yang bekerja sama dengan Kemenag, Dinkes dan PKK.
Mengingat stunting tidak hanya disebabkan oleh kekurangan gizi kronis. Aspek lingkungan pun menjadikan bagian dari kasus stunting. Atas hal tersebut pemerintah daerah mengembangkan program lingkungan sehat yaitu dengan “pembuangan air limbah sederhana dan bermanfaat, sebutnya.
Untuk mengaktualisasikan penanganan stunting melalui penyehatan lingkungan Dinas Kesehatan Rejang Lebong bersama Dinas PU, Penataan Ruang dan Perkim RL telah menanda tangani MoU tentang Peningkatan Akses Air Bersih dan Jamban Sehat Cegah Stunting, sebut Lisa.
Sedangkan inovasi pengentasan stunting di daerah itu telah berlangsung sejak 2021 dimana dengan program “Zat Penting ” atau yang dikenal dengan Zakat Penanganan Stunting, yang bekerja sama dengan organisasi wanita dan swasta di daerah itu.
Melalui program kerja pengentasan stunting tersebut diharapkan dapat menurunkan stunting yang masih terbilang tinggi mencapai 26,0 persen (SSGI) 2021. Dan mampu menuerunkan dengan mencapai target sebesar 14,96 persen hingga 2024 mendatang, demikian Lisa Pitrianti.(rs)