Perdesaan Lokus Penggarapan Gizi Buruk
Bengkulu, IPKB – Wilayah perdesaan ditetapkan oleh pemerintah sebagai lokasi fokus ( lokus ) penggarapan program penanganan gizi buruk cukup beralasan. Pasalnya, angka prevalensi status gizi pada anak umur balita dengan tinggi badan sangat pendek dan pendek lebih tinggi terjadi anak di wilayah perdesaan dibandingkan perkotaan.
Penetapan itu dituangkan dalam salinan keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Nasional Nomor Kep 42/M.PPN/HK/04/2020 Tentang Penetapan Perluasan kabupaten/kota Lokus Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Tahun 2021.

Dalam salinan tersebut Provinsi Bengkulu terdapat empat kabupaten yang lokus penggarapan penanganan gizi buruk. Yaitu Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Kaur, Kabupaten Seluma, dan Bengkulu Utara. Dengan jumlah desa mencapai 60 desa tersebar di wilayah kabupaten tersebut.
” Untuk tepat sasaran penanganan permasalahan kependudukan itu, masing-masing pemerintah daerah telah desa-desa lokus stunting,” kata Koordinator Bidang Adpokasi dan Penggerakan Informasi ( ADPIN ) Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Drs. Zainin kepada wartawan di ruang kerjannya, Selasa, 6/7 baru ini.
Disampaikan Zainin, dari hasil Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas 2018 ) tercatat status gizi pada balita umur 0-59 bulan di Bengkulu sebesar 27,98 persen. Dari angka tersebut diketahui terdapat pada karakteristik tempat tinggal atau lingkungan tercatat lebih tinggi di wilayah perdesaan yang mencapai 31, 19 persen yang lebih tinggi dari wilayah perkotaan yang hanya sebesar 21,54 persen.
Untuk lebih menghasilkan keluarga yang berkualitas kedepan perlu dilakukan secara intensif dengan menggarap beberapa karakteristik baik jenis kelamin penderita, pendikan orang tua, pekerjaan orang tua, hingga pada tempat tinggal, kata Zainin.
Masih Zainin, karakteristik pendidikan mempengaruhi kualitas gizi. Dari sumber yang sama ( Riskesdas 2018 ) merilis tingkat pendidikan kepala rumah tangga ( KRT ) tidak sekolah sebesar 38, 73 persen, dan tidak tamat sekolah dasar ( SD ) mencapai 37, 94 persen. ( rs )