Program Bina Lansia Siapkan Orang Tua Produktif

Bengkulu, IPKB – Penduduk lanjut usia diperkirakan terus meningkat mencapai 36 juta jiwa pada 2025. Dan pada 2030 diperkirakan meningkat menjadi 80 juta jiwa, atau naik 23 sampai 24 persen. Kondisi ini membuat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mau tidak harus bekerja keras.

Salah satu upayanya adalah dengan meluncurkan program Bina Keluarga Lansia (BKL) untuk mempersiapkan orangtua tangguh dan produktif. Kelompok kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia. Kegiatan yang dilakukan antara lain penyuluhan, kunjungan rumah, rujukan dan pencatatan serta pelaporan.

“Banyaknya lansia sebenarnya bukan suatu ancaman jika mereka produktif. Karena itu, BKKBN bersama berbagai sektor, seperti kesehatan dan pendidikan mengembangkan program lansia tangguh. Masalah yang dihadapi lansia saat ini seperti disorientasi, dan dislokasi sosial yang diakibatkan kehilangan perhatian atau pekerjaan”.

Selain itu masalah lainnya yang akan dirasa dan dialami lansia pada tingkat makro, dimana lansia tanpa pensiun yang dapat dikatergorikan lansia miskin. Lansia tidak siap manghadapi masa tua dan berumur panjang serta masalah lansia hidup terlantar, kata Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu Ir. Rusman Efendi, MM kepada wartawan di Bengkulu belum lama ini.

Kepala Pwk BKKBN Bengkulu Ir. Rusman Efendi, MM di Kampung KB Percontohan di Kel. Sumber Jaya. (foto AKIE/Idris)

Ia mengatakan, program BKL selain selain upaya penyiapan orangtua tangguh dan produktif. BKL sebagai wujud kecintaan terhadap keluarga khususnya orangtua, kata Rusman.

Lansia (UU No.13/2008) adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke-atas. Perkembangan jumlah kelompok lansia itu dikarenakan meningkatnya usia harapan hidup (UHH). Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia yang mencapai 18,1 juta jiwa atau sebesar 7,6 persen (SP-2010). Angka itu terus meningkat menjadi 21,6 juta jiwa atau sebesar 8,5 persen hasil survey penduduk antar sensus (SUPAS-2015).

Kian meningkatnya jumlah kelompok lansia makin muncul permasalahan yang dihadapi lansia seperti masalah kesehatan. Karena adanya penurunan kapasitas fungsional serta tingginya risiko terhadap kesehatan, kata Rusman.

Mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi lansia itu, BKKBN melalui program BKL gandeng dan bina kader kelompok kegiatan (poktan) serta mitra kerja program untuk mendorong kelompok lansia dengan berbagai kegiatan, khusunya kegiatan pembelajaran lansia tangguh dengan tujuh dimensi lansia tangguh, ujar Rusman.

” Dimensi lansia tangguh itu, perlu dikembangkan bagi kelompok orangtua tersebut, yakni dimensi spiritual, intelektual, dimensi fisik, dimensi emosional, sosial masyarakat, dimensi profesional dan dimensi vokasonal serta dimensi lingkungan “.

Dalam pembangunan keluarga dan kelompok lansia di Bengkulu, BKKBN setempat miliki ribuan kelompok BKL yang tersebar di sejumlah daerah kabupaten/kota di daerah itu. ” Hingga Agustus 2020 tercatat sebanyak 1.040 kelompok BKL yang aktif dengan kegiatan bina-bina , dengan program tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan kependudukan, khusunya mewujudkan lansia tangguh, pungkas Rusman. (rs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *