Program KB Pria Belum Maksimal, Perlu Tingkatkan Strategi Edukasi

Bengkulu, IPKB – Program Keluarga Berencana di Indonesia resmi dimulai pada 17 Oktober 1968 dengan dibentuknya Lembaga Keluarga Berencana Nasional ( LKBN ), yang cikal bakal berdirinya lembaga pemerintah yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Akan tetapi, diskusi soal KB di tanah air sudah dilakukan sejak 23 Desember 1957 melalui organisasi sosial masyarakat yang dikenal dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).

Pada 16 Agustus 1967, dalam sidang Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong ( DPRGR ) Presiden Soeharto dengan tegas menyatakan, “Kita harus menaruh perhatian secara serius mengenai usaha-usaha pembatasan kelahiran, dengan konsepsi keluarga berencana yang dapat dibenarkan oleh moral agama dan moral Pancasila”.

Dimana, saat program KB dicanangkan, pertumbuhan penduduk Indonesia rata-rata 2,5 persen per tahun, dan kini pertumbuhannya hanya 1,25 persen. Tanpa KB, penduduk Indonesia pada 2020 diperkirakan mencapai lebih dari 400 juta orang. Namun hasil Sensus Penduduk 2020 ( SP-2020 ) mencatat penduduk Indonesia hanya 270,2 juta orang. Yang artinya dengan dikembangkannya Program KB di tanah air telah berhasil menekan kelahiran 130 juta jiwa.

Drs. Zainin, Koordinator Bidang ADPIN BKKBN Bengkulu.

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI ) 2017 angka kesertaan ber-KB atau contraceptive Prevalence Rate ( CPR ) mengalami peningkatan dari sebelumnya. CPR secara nasional pada 2017 sebesar 63,6 persen meningkat selama 5 tahun sebesar 1,7 dari 61,9 persen pada SDKI 2012.

KB telah berhasil juga menurunkan angka kelahiran menjadi 2,4 anak tiap wanita selama masa subur. Angka tersebut mengalami penurunan dari SDKI 2012 yang masih sebesar 2,6 anak. Kesertaan ber-KB oleh pasangan usia subur itu masih dominan peserta wanita/ibu-ibu, yang dinilai akibat masih rendahnya pengetahuan laki-laki tentang manfaat program KB dan kontrasepsi.

Koordinator Bidang Adpvokasi dan Penggerakan Informasi (ADPIN ) Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencnaa Nasional ( BKKBN ) Provinsi Bengkulu Drs Zainin tidak menyangkal adanya pandangan bahwa ” program KB pria belum berjalan maksimal ” dengan alasannya peserta pria masih rendah.

” Peserta KB baru hingga September 2021 sebanyak 21.297 akseptor, diantaranya terdapat peserta KB pria 1.135 akseptor dengan menggunakan jenis Medis Operatif Pria ( MOP ) 29 peserta dan kondom mencapai 1.106 orang, dari angka tersebut menunjukkan partisifasi pria ber-KB masih tergolong rendah yang hanya sebesar 5,3 persen, ” ujar Zainin.

Ia menambahkan, pembinaan peserta KB aktif hingga triwulan ke-III tahun ini mencapai 298.705 peserta, terdapat diantaranya peserta pria hanyak 11.234 peserta. Angka tersebut pun masih menunjukkan perserta pria rendah yang hanya 3,8 persen.

Menurut dia, hal itu dapat diatasi melalui peningkatan strategi yang kekinian, pasalnya PUS usia muda akan lebih mudah dilakukan dengan pendekatan menggunakan berbagai media, sosial, media mainstream, serta teknik kekinian yang dapat menyasar sasaran kelompok PUS muda tersebut, ujar Zainin.

Berdasarkan hasil sebuah survei, menyebutkan pendapat pria tentang penyediaan pelayanan KB dan informasinya itu perlu yang mencapai 76 persen dan sebesar 41 persen mengatakan perlu adanya pelayanan alat dan cara ber-KB. Persentase wanita dan pria umur 20-24 tahun yang berpendapat perlu penyediaan informasi, konseling dan pelayanan KB itu mencapai 73 persen.

Potret tersebut menjadi gambaran bahwa KB masih diperlukan di tengah masyarakat, dan perlunya penyediaan informasi tentang alat dan penggunaan kontrasepsi, demikian Zainin. ( rs )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *