PUS Kurang Mampu Di Bengkulu Minati Kontrasepsi Modern

Kepala Pwk BKKBN Bengkulu saat meninjau pelayanan implant bersama Ketua PD IBI Bengkulu

Bengkulu, IPKB – Pasangan Usia Subur (PUS) kelompok pra sejahtera dan sejahtera I atau keluarga miskin di Bengkulu cukup meminati kontrasepsi modern. Dari jumlah PUS miskin di Provinsi Bengkulu sebanyak 91.281 kelompok dan telah ber-KB dengan kontrasepsi modern sebanyak 70.059 pasangan atau mencapai 77 persen.

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu Ir. Rusman Efendi, MM kepada media massa di daerah itu menyebutkan, jumlah PUS di Bengkulu sebanyak 352.902 yang terdapat keluarga pra sejahtera dan sejahtera I mencapai 91.281 pasangan dan sebanyak 70.059 pasangan sebagai peserta KB aktif dengan kontrasepsi modern. Puluhan ribu akseptor keluarga kurang mampu itu menggunakan kontrasepsai modern dengan berbagai jenis dan metode yang tersebar di sejumlah daerah kabupaten/kota, kata Rusman.

Pelayanan KB kontrasepsi modern menyasar PUS muda (Photo ilustrasi

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 wanita menikah 15-49 tahun yang ber KB sebanyak 70 persen dan yang menggunakan kontrasepsi modern 64 persen. Terdapat menggunakan kontrasepsai jenis suntik 38 persen, implant atau susuk 9 persen Pil 7 persen, MOW atau yang lebih populer dengan tubektomi 4 persen, intera uterine device (IUD) atau sering disebut alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) 3 persen, kondom 2 persen.

Dikatakan Rusman, dari PUS kurang mampu tersebut masih terdapat yang belum ber-KB atau (un meet need) sebanyak 21.222 orang dengan berbagai alasan. Terdapat alasan hamil sebanyak 3.820 pasangan, alasan ingin anak segera mencapai 7.102 pasangan, ingin anak ditunda sebanyak 5.423 dan sebanyak 4.877 pasangan kelompok PUS alasan tidak ingin anak lagi. Yang menjadi prioritas garapan program KB yaitu PUS yang tidak ingin anak lagi tetapi tidak ber-KB, ujarnya.

Masih Rusman, pengguna kontrasepsi modern itu lebih banyak di tingkat pedesaan yang mencapai angka 69 persen, sementara di wilayah perkotaan sebesar 54 persen. Potret itu sebagai gambaran yang dapat menjadi rujukan dalam pelaksanaan program pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana (Bangga Kencana).

Selain itu, masih adanya kesenjangan pengguna kontrasepsi modern tersebut pada jenjang pendidikan. Pemakai kontrasepsi modern menurut pendidikan pada wanita kawin usia 15-49 tahun. “Pemakaian alat/cara KB modern di antara wanita kawin tertinggi pada wanita yang tidak tamat SD 73 persen. Wanita dengan jenjang tamat SD sebesar 70,1 persen dan paling rendah peserta pada jenjang perguruan tinggi dengan 50, 2 persen.

Menurut dia, upaya dalam meningkatkan kesertaan wanita kawin untuk menggunakan kontrasepsi modern pihaknya terus mensosialisasikan program Bangga Kencana di wilayah perkotaan dan pada jenjang pendidikan SD dan tidak tamat SD. Dengan edukasi menggunakan berbagai media yang lebih mudah menyasar PUS.

“Kita imbau petugas KB (PKB) untuk meningkatkan edukasi kepada masyarakat agar program KB terus berkualitas,” demikian Rusman.(rs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *