Satu Dari Tiga Anak di Bengkulu Menyandang Stunting

Bengkulu, IPKB – Koordinator Bidang Advokasi dan Penggerakan Informasi ( Adpin ) Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Provinsi Bengkulu Drs. Zainin menyebutkan, bahwa kondisi kesehatan anak bawah lima tahun ( balita ) di Bengkulu cukup memprihatinkan. Pasalnya, kasus gizi buruk atau kekurangan gizi pada anak di Bengkulu cukup tinggi.

Jumlah penduduk Provinsi Bengkulu pada 2020 sebanyak 2.010.670 jiwa terdapat sebanyak 228.801 post generasi zillenial ( SP 2020 ). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) 2018 mencatat stunting di Bengkulu sebesar 27,98 persen. Dengan angka tersebut menunjukkan 1 ( satu ) dari 3 ( tiga ) anak di Bengkulu menyandang stunting yang terdapat di sejumlah daerah kabupaten/kota.

Dikatakan Zainin, dalam penanganan stunting di Bengkulu, pemerintah telah menetapkan empat kabupaten sebagai daerah prioritas penanganan penurunan prevalansi stunting. Yakni Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Kaur, Seluma dan Kabupaten Bengkulu Utara.

Dijelaskan Zainin, kasus stunting atau tubuh kerdil di Kabupaten Bengkulu Selatan sebesar 33,73 persen, Kabupaten Kaur mencapai 34, 26 persen, Seluma sebesar 35, 91 persen, dan Bengkulu Utara sebesar 26,81 persen, rinci Zainin.

Melalui peran interevensi sensitifnya dalam penurunan stunting, BKKBN gaungkan program ketahanan keluarga yang diatur dalam undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga.

” Program edukasi 1000 hari pertama kehidupan ( HPK ) merupakan kegiatan strategis dalam menekan stunting, yang memberikan pendidikan tentang polah asuh kepada ibu, ” kata Zainin kepada wartawan di kantornya belum lama ini.

Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi merupakan faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami stunting. Ada banyak sekali hal-hal yang dapat memicu terjadinya gizi buruk ini. Berikut adalah penyebab gizi buruk pada ibu hamil dan bayi yang masih sering ditemui.

Sosialisasi 1000 HPK untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang pengasuhan. Sebab, kurangnya pengetahuan orang tua akan memicu terjadi peluang stunting. Stunting menunjukkan kekurangan gizi kronis yang terjadi selama periode paling awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak hanya tubuh pendek, stunting memiliki banyak dampak buruk untuk anak. Di Indonesia, kasus stunting masih menjadi masalah kesehatan dengan jumlah yang cukup banyak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis.

Yang menjadikan gagal tumbuh terjadi pada anak bawah lima tahun ( Balita ) hingga berdampak usia dewasa atau remaja. Dan terjadinya tidak berbatas status sosial, keluarga miskin, mampu berada, keluarga awam hingga pada keluarga berpendidikan, demikian Zainin. ( rs )

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *